Saat
pertama kali berjumpa denganmu, aku bagaikan berjumpa dengan Saktah. Hanya bisa
terpana dan menahan nafas sebentar.
Aku
dimatamu mungkin bagaikan nun mati diantara Idgham Billagunnah. Terlihat tapi
tak dianggap.
Aku
ungkapkan maksud dan tujuan perasaanku seperti Idzhar. Jelas dan terang.
Jika
mim mati bertemu dengan ba disebut Ikhfa’ Syafawi, maka jika aku bertemu dirimu
itulah yang disebut dengan cinta.
Sejenak
pandangan kita bertemu, lalu tiba-tiba semua itu seperti Idgham Mutamaatsilain.
Melebur menjadi satu.
Cintaku
padamu seperti Mad Wajib Muttasil, paling panjang diantara yang lainnya.
Setelah
kau terima cintaku nanti, hatiku rasanya seperti Qalqalah Kubro,
terpantul-pantul dengan keras.
****
Semoga
dalam hubungan ini kita seperti Idgham Bilagunnah. Hanya berdua, lam dan ro.
Layaknya
Waqaf Mu’annaqah, engkau hanya boleh berhenti disalah satunya. DIA atau AKU ?
Meski
perhatianku tak terlihat seperti Alif Lam Syamsiah, tapi cintaku padamu seperti
Alif Lam Qomariah. Terbaca jelas.
Kau
dan aku seperti Idgham Mutaqorribain, perjumpaan 2 huruf yang sama makhrajnya
tapi berlainan sifatnya.
Aku
harap cinta kita seperti Waqaf Lazim. Berhenti sempurna di akhir hayat.
Layaknya
huruf Tafkhim, namamu pun bercetak tebal dipikiranku.
Seperti
Hukum Imalah yang dikhususkan untuk ro saja. Begitu juga aku yang hanya
untukmu seorang.
Semoga
aku menjadi yang terakhir untuk kamu, seperti Mad ‘aridlisukun.
Dan
akhirnya setelah sekian lama kita bersama, cinta kita seperti Iqlab. Ditandai
dengan dua hati yang menyatu.
By
@tausiyahku
sumpehhh...gue ga ngerti...
ReplyDeleteapa lgi masalh tajdwid..
yg baca al qur'an aja msih merangkang demi hurup
jdulnya sich ngebuat gue bergejolak kencang hingga nfsu gue berhembus2 meneteskn air liur
stlh gue baca isinya dari,awl mpe akhir
yg jelas ttg perjalnan cinta yang di ibaratkan tajdwid ....... :)
Duh, bahasa nya supperrrr
ReplyDeleteBuset dah udah kaya guru ngaji banyak banget istilah asing (arab)
ReplyDeletefind at blognyayandi.blogspot.com